Alankanews.com, Bengkulu -- Warga Bengkulu saat ini tengah menghadapi kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di berbagai Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), yang menyebabkan antrean panjang dan keresahan di tengah masyarakat.
Kelangkaan tak hanya terjadi pada jenis Pertalite, namun juga Pertamax, yang memperparah kondisi. Banyak warga terpaksa membeli BBM di tingkat eceran dengan harga jauh di atas harga resmi. Situasi ini dirasakan tidak hanya oleh pengguna kendaraan pribadi, namun juga oleh pelaku usaha kecil seperti pedagang makanan keliling dan sopir angkutan umum yang bergantung pada pasokan BBM untuk operasional harian.
Menanggapi krisis ini, Pemerintah Provinsi Bengkulu segera menggelar rapat koordinasi yang dipimpin oleh Wakil Gubernur Bengkulu, Mian, bersama Asisten II Setda Provinsi, R.A. Denni, serta perwakilan dari Depo Pertamina Bengkulu.
Dalam pertemuan itu terungkap bahwa gangguan distribusi BBM disebabkan oleh pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai. "Sejak Maret 2025, seluruh distribusi BBM ke Bengkulu dialihkan melalui jalur darat karena kapal pengangkut BBM tidak dapat lagi bersandar akibat pendangkalan alur pelabuhan," jelas R.A. Denni, Rabu (23/04).
Kini, distribusi BBM untuk wilayah Bengkulu dibagi berdasarkan kedekatan geografis: Kabupaten Lebong, Rejang Lebong, dan Kepahiang disuplai dari Depo Pertamina Lubuk Linggau (Sumsel); Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, dan Mukomuko dari Sumatera Barat; sementara Kaur, Bengkulu Selatan, dan Seluma mendapat pasokan dari Lampung.
Namun, Denni menegaskan bahwa solusi ini bersifat sementara. "Pertamina telah menyampaikan komitmennya bahwa dalam satu hingga dua hari ke depan, pasokan BBM akan kembali normal," katanya.
Tantangan lainnya adalah keterbatasan armada tangki untuk jenis BBM tertentu seperti Pertamax, yang memerlukan kendaraan khusus. Kondisi ini turut memperlambat distribusi.
"Pertamax memang agak sulit karena tidak semua mobil tangki bisa mengangkut jenis itu. Tapi Pertamina sudah menjanjikan penambahan armada agar distribusi segera lancar," tambah Denni.
Sebagai solusi jangka panjang, pemerintah dan Pertamina tengah mengkaji pembangunan sistem pipa bawah laut dari kapal ke depo. Sistem ini diharapkan dapat meminimalisir ketergantungan pada pelabuhan. Namun, realisasi proyek ini masih menghadapi kendala pendanaan.
"Butuh anggaran besar untuk membangun infrastruktur pipa laut. Kalau itu bisa dilakukan, maka proses bongkar muat BBM bisa langsung di tengah laut, tanpa tergantung alur pelabuhan," tutur Denni.
Pemerintah Provinsi Bengkulu bersama Pertamina terus berupaya menormalkan kondisi distribusi dan memastikan pasokan BBM dapat kembali stabil dalam waktu dekat.
Reporter : Cyntia P
Editor : Gita KMS