Alankanews.com, kota Bengkulu -- Kunjungan kerja Wakil Presiden RI ke-8, Gibran Rakabuming Raka, ke Bengkulu pada Selasa (27/5/2025), berubah menjadi panggung protes masyarakat. Aliansi Masyarakat Bengkulu turun ke jalan menyambut kedatangan orang nomor dua di Indonesia dengan spanduk tajam dan suara lantang menyuarakan krisis yang tengah melanda daerah mereka.
Aksi protes yang berlangsung di sejumlah titik strategis menjadi sorotan publik setelah para demonstran membentangkan spanduk besar berwarna hitam bertuliskan "SELAMAT DATANG DI BUMI KRISIS BBM, WAPRES RI ANAK HARAM KONSTITUSI”. Kalimat tersebut langsung memicu perhatian luas, menandai bentuk kemarahan rakyat terhadap dua isu utama: kelangkaan BBM dan kontroversi pencalonan Wapres.
Sejak sepekan terakhir, Bengkulu dilanda krisis BBM yang menyebabkan antrean mengular di SPBU dan meroketnya harga eceran Pertalite hingga Rp 30.000 per liter. Kondisi ini membuat aktivitas masyarakat terganggu dan perekonomian lokal kian tercekik.
“Kami muak. Sudah satu minggu rakyat antre BBM, tapi solusi dari pemerintah nihil. Wapres datang, tapi apa gunanya jika suara rakyat tak didengar?” ujar salah satu peserta aksi.
Tak hanya soal energi, aliansi juga menyorot cacat etik dalam proses pencalonan Gibran sebagai wakil presiden. Mereka menuding adanya intervensi kekuasaan dalam putusan Mahkamah Konstitusi, yang kemudian terbukti dengan pelanggaran etik sejumlah hakim.
“Kami tidak bisa diam ketika konstitusi dilecehkan demi kepentingan politik dinasti. Ini bukan hanya masalah Bengkulu, tapi masalah demokrasi,” tegas salah satu orator.
Ketegangan sempat meningkat ketika massa aksi dihadang oleh pihak yang mengaku sebagai anggota KOREM. Mereka diduga mencoba menarik paksa spanduk dan memaksa pembubaran massa. Aliansi mengecam tindakan tersebut sebagai bentuk pembungkaman ruang demokrasi.
Meski demikian, massa tetap bertahan dan melanjutkan orasi. Mereka menuntut agar Gubernur Bengkulu segera menetapkan status darurat energi untuk mempercepat suplai BBM, serta menyerukan agar pemerintah pusat tidak menutup mata terhadap keresahan masyarakat daerah.
Kunjungan Wapres yang sedianya menjadi momen penguatan koordinasi antarwilayah kini menjadi cermin bahwa suara rakyat masih bergema kuat meski harus disampaikan melalui spanduk keras di tengah jalan.
Reporter : Cyntia P
Editor : Gita KMS