Alankanews.com,Kota Bengkulu--Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Bengkulu, Dewi Dharma, mengungkapkan bahwa angka kematian ibu dan bayi di kota tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2024, Senin (13/01/2025).
Angka kematian ibu naik dari 3 kasus pada tahun 2023 menjadi 4 kasus, sementara angka kematian bayi mengalami lonjakan signifikan dari 65 kasus menjadi 82 kasus.
“Banyak kasus ibu melahirkan di bawah usia produktif, seperti usia 16 tahun, yang belum siap secara fisik dan mental untuk menjadi seorang ibu. Ini menjadi salah satu penyebab utama tingginya angka kematian bayi,” ujar Dewi
Selain itu, penyakit degeneratif, hipotensi, eklampsia, serta komplikasi persalinan seperti perdarahan akibat riwayat operasi sebelumnya juga menjadi faktor penyebab kematian ibu. Dewi mengungkapkan beberapa kasus kematian ibu disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang menyebabkan kejang-kejang saat persalinan, serta perdarahan akibat kondisi placenta yang lengket setelah persalinan sebelumnya.
Salah satu masalah utama yang menyebabkan kematian bayi adalah kelahiran prematur. Dewi menjelaskan bahwa bayi yang lahir sebelum usia kehamilan cukup bulan, seperti yang terjadi pada bayi yang lahir kurang dari 7 bulan, memiliki paru-paru yang belum matang, sehingga sulit untuk bertahan hidup.
Untuk mengatasi masalah ini, Dewi menekankan pentingnya edukasi kesehatan reproduksi bagi remaja, terutama untuk mencegah pernikahan dini. Ia mengajak semua pihak, mulai dari keluarga, tokoh masyarakat, hingga pemerintah, untuk bekerja sama dalam mempersiapkan remaja putri agar menjadi ibu yang sehat secara fisik dan mental. Menurut Dewi, usia reproduksi terbaik bagi seorang ibu adalah antara 20 hingga 30 tahun, saat alat reproduksi sudah matang dan siap untuk persalinan.
Dengan meningkatnya angka kematian ibu dan bayi, Dewi berharap adanya langkah konkret dari berbagai pihak untuk menekan angka tersebut di masa depan.
“Jika kita semua bekerja sama, insyaallah angka kematian ini bisa kita turunkan,” tutupnya.
Penulis : Aisyah Aprielia Lupti
Editor : Andrini Ratna Dilla