Rendang di Iduladha: Cita Rasa Tradisi yang Menghangatkan Momen Kurban

Rendang. Foto: Cyntia/Alankanews.com

 

Alankanews.com -- Setiap datangnya Iduladha, aroma masakan khas nusantara mulai memenuhi dapur-dapur masyarakat Indonesia. Salah satu sajian yang tak pernah absen dan justru paling dinanti adalah rendang kuliner Minang yang telah mendunia dan menjadi ikon rasa sekaligus tradisi dalam momen Hari Raya Kurban.

Di balik kelembutan dagingnya dan kekayaan rempah yang meresap hingga ke serat, rendang bukan sekadar makanan. Ia adalah simbol penghormatan, ungkapan syukur, dan ikatan kebersamaan dalam keluarga serta lingkungan.

Dari Daging Kurban ke Piring Tradisi

Iduladha identik dengan penyembelihan hewan kurban seperti sapi dan kambing. Dagingnya dibagikan kepada yang membutuhkan dan juga diolah menjadi berbagai hidangan khas. Salah satu pilihan utama yang dipilih banyak keluarga adalah rendang karena bukan hanya enak, tapi juga tahan lama.

Proses memasak rendang memerlukan waktu dan kesabaran. Daging dimasak perlahan bersama santan kental, cabai, lengkuas, jahe, bawang merah, bawang putih, serai, dan daun-daun aromatik lainnya hingga kering dan berminyak. Inilah yang membuat rendang bisa bertahan hingga seminggu bahkan lebih sangat cocok untuk Iduladha, ketika stok daging melimpah dan butuh pengolahan yang awet.

Lebih dari Sekadar Makanan: Rendang adalah Warisan Budaya

UNESCO telah menetapkan rendang sebagai salah satu warisan budaya tak benda dunia dari Indonesia. Di Hari Raya Iduladha, kehadiran rendang juga memperkuat identitas budaya dan mempererat silaturahmi.

Setiap daerah punya gaya rendangnya sendiri:

  • Rendang Minang yang kering dan pekat,
  • Rendang Jawa yang cenderung lebih manis,
  • bahkan ada rendang suwir, rendang jengkol, dan rendang telur sebagai variasi dari hidangan klasik ini.

Namun, esensinya tetap sama: masakan yang lahir dari kesabaran, kerja sama, dan cinta.

Rendang dan Makna Pengorbanan

Dalam konteks Iduladha, rendang bukan hanya tentang menyantap makanan lezat. Ia menjadi bentuk nyata dari semangat berbagi dan berkurban. Banyak keluarga yang memasak rendang dari daging kurban lalu membagikannya kembali kepada tetangga, kerabat, atau mereka yang membutuhkan.

Tradisi ini menjadi jembatan rasa antar manusia — bahwa makanan bukan hanya soal perut, tetapi juga soal hubungan, keberkahan, dan nilai-nilai sosial.

Penutup: Rendang, Rasa yang Menyatukan

Di tengah kesibukan dan perayaan Iduladha, aroma rendang yang memenuhi rumah menjadi penanda bahwa cinta dan tradisi sedang hidup di sana. Di setiap suapannya, terselip sejarah, perjuangan, dan doa.

Rendang di Iduladha bukan sekadar menu utama. Ia adalah warisan yang menghangatkan jiwa, mengikat silaturahmi, dan memperkuat makna pengorbanan dalam wujud yang paling lezat.

 

Reporter : Cyntia P

Editor : Gita KMS